Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Plurarlisme Merusak Aqidah


Oleh: Ust. Taufiq el Hakim, LC

Dalam kamus inggris-indonesia, plural artinya jamak alias lawan kata dari single yang berarti tunggal. Kalo ditambah akhiran –isme berarti menandakan suatu paham atau aliran. Pada intinya paham ini mengusung pemikiran batil bahwa jamaknya agama yang ada dimuka bumi ini adalah benar ato semua pemeluk agama apa saja bisa masuk surga. Paham ini sekaligus menolak kebenaran mutlak, dan lebih suka dengan paham kebenaran relatif atau nisbi.

Kemunculan paham pluralisme berawal dari traumatis masyarakat barat ketika menghadapi hegemoni gereja, ketika doktrin eksklusivisme gereja menganggap bahwa di luar gereja tidak ada keselamatan, plus dengan adanya kejahatan dan kekejaman dari otoritas gereja. Mereka memburu serta membasmi siapa saja yang tidak setuju dengan doktrin gereja serta sangat berkuasa dan memegang hegemoni politik. Maka sejak Konsili Vatikan II (1962-1965) kristen (katolik) mengubah teologi eksklusif menjadi teologi inklusif. Trauma sejarah Eropa terhadap ‘organized religion’ kristen itu menyebabkan pemeluk kristen lebih memilih jalur sekuler, liberal, dan pluralisme teologi.

Pluralisme di Indonesia
Pluralisme di Indonesia berawal dari teologi inklusif yang diusung oleh Cak Nur (Nurcholis Majid-ed), yakni gagasan perubahan konsep dari keyakinan mutlak menjadi keyakinan relatif, akhirnya teologi tersebut dikembangkan lagi menjadi teologi pluralis yang meyakini bahwa semua agama sama benarnya. Sebagai contoh filsafat perenial yang membagi agama pada level esoterik (batin) dan eksoterik (lahir), yaitu satu agama berbeda dengan agama lain dalam level eksoterik, tetapi relatif sama dalam level eksoteriknya. Oleh karena itu ada istilah ‘satu tuhan banyak jalan’, atau dalam filsafat rodanya Cak Nur ibarat pusat roda itu Tuhan sedangkan ruji-rujinya adalah jalan dan berbagai agama.
Simak tulisan Dr. Alwi Shihab dalam bukunya islam inklusif, menuju sikap terbuka dalam beragama : “prinsip lain yang digariskan al qur’an adalah pengakuan eksistensi orang-orang yang berbuat baik dalam setiap komunitas beragama dan dengan begitu layak memperoleh pahala dari Tuhan”. Untuk mengkampanyekan aqidah pluralis ini, para tokohnya mencari-cari ayat al Qur’an dijadikan sebagai dalil untuk mengesahkan paham baru yang telah mereka yakini, diantaranya surat ali imron ayat 19 dan 85, mereka berkata bahwa Islam yang dimaksud dalam ayat ini adalah Islam yang bermakna pasrah sepenuhnya kepada Alloh, maka barang siapa yang mencari agama selain dari kepasrahan kepadaNya, maka agama itu tidak akan diterima, dan di akhirat termasuk orang yang merugi. Maka dengan penafsiran akal ini mereka berpendapat bahwa yahudi, kristen katolik, ahmadiyah dan Islam semuanya pasrah kepadaNya, alias semua agama sama benar. Senada dengan penafsiran di atas adalah penafsiran surat al baqoroh ayat 62 dan al maidah ayat 69 (yuks, yang pada intinya mereka menganggap bahwa dalam ayat ini al qur’an tidak membeda-bedakan antara satu komunitas agama dari komunitas agama lainnya. Semua pendapat, anggapan dan penafsiran di atas merupakan ide-ide untuk memperkokoh pluralisme keagamaan.

Pencerahan
Setiap muslim kudu percaya dan yakin kalo al Qur’an itu Kalamulloh, bukanlah produk budaya dan bukan pula makhluk, sehingga seorang yang telah berislam mestinya mempunyai kesimpulan yang sama bahwa ada kebenaran mutlak yang terdapat dalam al qur’an dan sunnah, sebagaimana ketika abdullah bin ‘amru berhenti menulis segala sesuatu yang keluar dari Nabi karena dilarang oleh orang-orang qurays, karena menurut orang qurays bahwa nabi seperti halnya manusia ada saatnya marah dan ada saatnya ridho, maka abdullah bin ‘amru rodhiallahu’anhu lapor kepada Nabi akan hal ini, maka Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda : “tulislah, demi jiwaku yang berada di tangaNYa! Tidaklah keluar dari mulutku ini kecuali al haq (kebenaran mutlak-ed)”.
Yuk, liat surat al baqoroh ayat 62! ayat ini turun berkenaan dengan sahabat-sahabat Salman (orang-orang Nasrani yang masih lurus sebelum diutusnya Nabi Muhammad shollallohu ’alaihi wasallam). Salman bercerita kepada nabi bahwa mereka juga melakukan sholat, shoum dan mengimani dan bersaksi bahwa Rosululloh akan ditus sebagai Nabi. Pada mulanya Nabi menjawab: “wahai salman, mereka termasuk ahli neraka”, jawaban Nabi tersebut membuat Salman bersedih kemudian turunlah ayat tersebut (al Baqoroh : 62-ed). (tafsir Ibnu Katsir Jilid I)
Adapun keimanan Yahudi adalah berpegang kepada Taurot dan mengikuti Musa hingga datangnya Isa, maka barang siapa yang tetap berpegang dengan syariat Musa setelah diutusnya Isa dan tidak mau mengikuti Musa, binasalah ia. Adapun keimanan Nasrani adalah manakala mereka berpegang kepada injil dan syariat Isa sebelum diutusnya Nabi Muhammad shollallhu’alaihi wasallam. Maka barangsiapa di antara mereka yang tidak mengikuti Muhammad shollallhu’alihi wasallam dan tidak mau meninggalkan syariat Isa dan injil setelah diutusnya Muhammad shollallhu’alihi wasallam, binasalah mereka. Maka setelah itu turunlah ayat 85 surat ali imron “barang siapa yang mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
Demikian jelas dan terang ayat-ayat yang menyatakan kekafiran ahli kitab dan pemeluk agama selain islam, hingga para ulama telah membuat suatu kesepakatan, barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang-orang kafir, atau ragu akan kekafiran mereka, maka dia kafir. “sesungguhnya orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk” (QS Al Bayyinah : 6). Dan hadits shohih “demi dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tiada seorangpun dari ummat ini yang mendengar (agama)ku, baik dia itu seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku bawa dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka”. (HR Muslim)

Pluralisme berlawanan dengan Islam?
Jadi, kalo pluralisme berarti semua agama sama benar dan tidak ada kebenaran mutlak maka ini jelas-jelas gak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rosululloh. Maka kalo ada seseorang yang dijuluki “bapak pluralisme” tentu ia tidak mau kalo dia mengerti arti pluralisme dan paham serta mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan Al Quran dan sunnah menurut Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wassallam.
Dan kalau memang semua agama sama benarnya maka dengan mudahnya seseorang akan pindah dari Islam ke agama lain. Ingat sobat!! untuk menjadi muslim tidak cukup hanya dengan memiliki KTP berstatus “Islam” tapi perlu bersyahadat dan menjalankan syariat-syariat yang ada di dalamnya, sedangkan untuk keluar dari Islam tidak perlu secara formal menghapus kata “Islam” dari KTP, namun cukup dengan mengingkari satu ayat dalam al qur’an sudah mengeluarkan seseorang dari Islam walaupun KTP nya (secara formal) tertulis Islam. Wallohu a’alam bisshowab

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan ber-koment-ria di sini! :)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates