Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Mengapa Wanita Banyak Menghuni Neraka?

Sebuah pernyataan yang cukup lazim terdengar di telinga kita bahwa kebanyakan penduduk neraka dihuni oleh para wanita.

Berdasarkan Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Aku melihat ke dalam surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.”

Muncul pertanyaan di benak kita, apa yang menyebabkan kebanyakan wanita menjadi penduduk neraka? Dalam sebuah kisah ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga dan neraka.

Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya radhiyallahu 'anhum, “ … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya, “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma)

Dalam hadits lainnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan tentang wanita penduduk neraka, beliau bersabda, “ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu)

Bagi para muslimah atau umumnya wanita ketika membaca atau mendengar hadist-hadist di atas sontak naik darah dan tidak bisa menerima sepenuhnya. Minimal akan berhujjah bahwasanya wanita bisa berbuat demikian karena ada penyebabnya, bukan tiba-tiba ingin berlaku demikian. Siapapun kalau ditanya tentu saja tidak ada yang ingin masuk neraka apalagi diklaim akan masuk neraka. Naudzubillah mindzalik!

Memang, berlayar mengarungi bahterah rumah tangga itu tidak semudah yang dibayangkan. Seorang muslimah tepatnya seorang istri, tidak saja harus membekali dirinya dengan ilmu agama yang cukup tapi juga mutlak dibutuhkan mental baja dan manajemen yang baik dalam mengelola gelombang kehidupan beserta segala pernak pernik yang menyertainya. Ketika urusan rumah tangga tidak pernah ada habisnya, anak-anak rewel dan kondisi fisik sedang tidak fit, kemudian suami pulang kerja minta dilayani tanpa mau perduli dengan kondisi kita, biasanya, dalam kondisi seperti ini tidak banyak wanita yang tetap mampu mengendalikan kesabarannya. Manusiawi bukan? Belum tentu!Justru dalam situasi seperti inilah keimanan dan kesabaran kita akan teruji. Apakah kita masih bisa mengeluarkan kata-kata manis sekaligus rona muka penuh dengan senyum ketulusan? Sulit memang! Tapi sulit bukan berarti tidak bisa!

Jika kita cermati hadist diatas secara seksama, maka akan kita dapati beberapa sebab mengapa wanita bisa menjadi penduduk minoritas di surga, di antaranya :

Pertama, kufur terhadap kebaikan-kebaikan suami. Sebuah fenomena yang sering kita saksikan, seorang istri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya dalam waktu yang panjang hanya karena satu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Padahal seharusnya seorang istri selalu bersyukur terhadap apa-apa yang diberikan suaminya, karena Allah SWT tidak akan melihat istri yang seperti ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam,“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra dari Abdullah bin ‘Amr).

Kedua, durhaka terhadap suami. Durhaka yang sering dilakukan seorang istri adalah durhaka dalam ucapan dan perbuatan. Wujud durhaka dalam ucapan di antaranya ketika seorang istri membicarakan keburukan-keburukan suaminya kepada teman-teman atau keluarganya tanpa alasan yang dibenarkan oleh syar’i. Sedangkan durhaka dalam perbuatan diantaranya bersikap kasar atau menampakkan muka yang masam ketika memenuhi panggilan suami, tidak mau melayani suami dengan alasan yang tidak syar’i, pergi atau ke luar rumah tanpa izin suami, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, atau sebaliknya enggan berdandan dan mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu.

Jika demikian keadaannya maka sungguh merugi wanita-wanita yang kufur dan durhaka terhadap suaminya. Mereka lebih memilih jalan ke neraka daripada surga karena mengikuti hawa nafsu belaka.

Jalan ke surga memang tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga nan indah, melainkan melalui rintangan-rintangan yang berat dan terjal. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini Allah menjanjikan surga bagi orang-orang yang sabar menempuhnya.

Sementara, jalan menuju ke neraka penuh dengan keindahan yang menggoda dan setiap manusia sangat tertarik untuk melaluinya. Tetapi, sadarlah bahwa di ujung jalan ini, neraka telah menyambut dengan beragam siksa-Nya.

Lalu, bagaimana caranya agar para wanita atau para istri tidak terperosok ke dalam neraka?

Jangan pesimis, masih banyak cara dan tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri jika kita ingin menjadi penduduk minoritas di surga.

Masih ingat kan, ketika rasulullah bersabda dalam sebuah hadist shahih jami’, “Perempuan apabila shalat 5 waktu, puasa di bulan ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat kepada suaminya, maka masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki.”

Mengacu dari hadist di atas, mari kita berlomba menegakkan sholat dengan lebih khusu’, memperbayak sholat-sholat sunah karena sholat yang benar dan khusu’ bisa membentengi diri kita dari perbuatan yang munkar. Selain puasa/shaum wajib di bulan romadhon, latihlah diri untuk terbiasa melakukan shaum sunah. Hiasilah diri dengan sabar dalam ketaatan dengan suami dan banyak-banyaklah beristigfar karena istigfar bisa meruntuhkan dosa-dosa kecil yang tidak kita sadari.

Dan juga ada sebuah amalan yang sepele tapi sering terlupakan adalah bershodaqoh (sedekah). Bershodaqohlah dalam keadaan lapang dan sempit karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah menuntunkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum wanita dari adzab neraka.

Ketika beliau selesai khutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum wanita, beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian beliau bersabda, “Bershadaqahlah kalian! Karena kebanyakan kalian adalah kayu bakarnya Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya, “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap suami!” (HR. Bukhari)

Bershadaqahlah! Karena shadaqah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kalian dari adzab neraka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari adzabnya. Amin. Wallahu’alam.

(Nani Agus, nani_agus2@yahoo.com)_eramuslim

Umayyah binti Qais al-Ghiffariah, Sang Perawat di Medan Jihad

Sebuah kalung dihadiahkan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam atas keberanian Umayyah binti Qais al-Ghiffariah turun ke medan Perang Khaibar. Meski seorang perempuan, keberanian Umayyah untuk membela agama Allah Subhanahu wata'ala sungguh luar biasa. Ia membela agama Allah sesuai dengan kemampuannya.

Wanita pemberani itu turun ke medan perang untuk membantu dan merawat para sahabat yang terluka. Kalung yang disematkan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam di leher Umayyah, merupakan tanda kekaguman atas pengorbanan dan keberanian sang perawat mujahidah.

Umayyah berasal dari suku Ghiffar, keturunan Abu Dzar al-Ghiffari. Pada saat masih belia, cahaya iman yang ditebarkan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menyinari harinya. Ia pun rela menempuh perjalanan jauh demi bertemu tokoh idola sepanjang zaman, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam. Umayyah menghadap Rasulullah dan berjanji untuk membantu perjuangan dakwah Islamiyah.

Pada tahun ke-7 Hijriah atau 629 M, pasukan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bertempur melawan orang-orang Yahudi yang tinggal di Oasis Khaibar, sejauh 150 kilometer dari Madinah atau Timurlaut Semenanjung Arab. Dengan demikian, pertempuran itu dikenal sebagai Perang Khaibar. Perang itu terjadi tak lama setelah Perjanjian Hudaibiyah.

Mendengar pasukan Muslimin akan berangkat ke medan perang, Umayyah bersama beberapa wanita dari Bani Ghiffar lalu menghadap Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam. "Wahai Rasulullah, kami ingin keluar bersamamu (ke Khaibar), kami ingin mengobati mereka yang luka dan menolong kaum Muslimin semampu kami," ujar Umayyah seperti dituturkan Ibnu Hisyam dalam "Para Syuhada Wanita Khaibar dan Kisah Wanita dari Suku Ghiffar."

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam pun menjawab, "Berangkatlah atas berkah Allah Subhanahu wata'ala."

Saat itu, usia Umayyah masih belia. "Berangkatlah kami bersama beliau. Saat itu saya masih seorang gadis kecil," ungkap Umayyah. Di perjalanan, Rasulullah membonceng Umayyah di atas kudanya. Umayyah pun mengisahkan pengalaman yang tak pernah terlupakan saat bersama Rasulullah berjihad ke medan perang.

"Demi Allah, pada saat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam turun pada suatu pagi dari kendaraannya dan menambatkan kudanya, tiba-tiba menetes darah dariku di atas pelana kudanya. Itulah haid pertama saya di atas kuda beliau. Saya benar-benar malu saat itu," papar Umayyah berkisah.

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam melihat apa yang dialami Umayyah dan berkata, "Janganjangan kamu sedang haid?" Umayyah pun segera menjawab, "Benar, ya, Rasulullah." Lalu, Rasul pun meminta Umayyah membersihkan diri dengan air bercampur garam. Sejak peristiwa itu, Umayyah selalu membersihkan haidnya dengan air yang dibubuhi garam. Bahkan, di hari wafatnya, Umayyah berwasiat untuk dimandikan dengan air yang bergaram.

Pada Peperangan Khaibar itu, kaum Muslimin meraih kemenangan. Pasukan Muslimin di bawah komando Ali bin Abi Thalib berhasil meruntuhkan pintu Benteng Na'im--jantung terakhir perlawanan musuh. Benteng Na'im jatuh ke tangan pasukan Islam. Setelah itu, benteng demi benteng dikuasai. Seluruhnya dikuasai melalui pertarungan yang sengit. Orang-orang Yahudi lalu menyerah. Seluruh benteng diserahkan pada umat Islam. Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam memerintahkan pasukannya untuk tetap melindungi warga Yahudi dan seluruh kekayaannya, kecuali Kinana bin Rabi', yang terbukti berbohong saat dimintai keterangan Rasulullah.

Dari Peperangan Khaibar itu, kaum Muslimin mendapatkan harta rampasan perang yang sangat banyak. Seusai pertempuran, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam memberikan penghargaan kepada Umayyah berupa sebuah kalung. Hadiah yang diberikan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam itu begitu bermakna bagi Umayyah. Ia pun tak pernah melepaskan kalung itu dari lehernya sampai jasadnya dikubur di liang lahat, sesuai wasiatnya.

Umayyah begitu bangga mendapat penghargaan kalung dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam. Kelak, kalung tersebut akan menjadi saksi atas jasa dan perjuangannya. Pada hari Kebangkitan nanti, tutur Muhammad Ibrahim Salim dalam bukunya berjudul Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam, akan dibangkitkan sesuai kondisinya saat meninggal.

"Dari kisah ini, hendaknya para Muslimah meneladani jiwa kepahlawanan Umayyah yang mengikhlaskan dirinya untuk terjun ke medan laga demi mengobati luka dan menolong kaum Muslimin sekuat tenaga," ungkap Ibrahim Salim.
Kisah ini juga mengungkapkan kepada kita sikap seorang pemimpin Islam yang menghargai jasa para pejuang.

[ditz/md/republika]

Ulama: Haram Rayakan Valentine

Hidayatullah.com-- Kalangan ulama Aceh menyatakan "haram" merayakan Hari Valentine, khususnya untuk masyarakat muslim di provinsi itu.

"Haram bagi kaum muslimin merayakan valentine day karena Islam mengaktualisasikan hari kasih sayang tidak hanya sekali dalam setahun, tapi setiap detik dan waktu sepanjang kehidupan," kata Tgk Faisal Ali di Banda Aceh, Kamis (10/2).

Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh itu menyatakan, perayaan itu tidak bisa diterima logika ketika ajaran menyayangi yang sudah menyatu dengan orang muslim harus diperingati setahun sekali.

"Karenanya, wajib adanya pencegahan dari aparatur penegak hukum dan pemerintahan. Jangan biarkan benih-benih yang merusak kemurnian Islam tumbuh, khususnya di Aceh," katanya.

Ketua PWNU Aceh itu mengimbau polisi dan petugas pengawas Syariat Islam (Wilayatul Hisbah/WH) tidak menoleransi kegiatan yang dapat merusak budaya Aceh yang Islami.

"Itu penting dilakukan sebagai upaya pencegahan. Jangan sampai ada warga yang terpaksa bertindak sendiri untuk menertibkan kegiatan menyimpang dari syariat Islam," ujarnya.

Faisal Ali mengimbau orangtua di Aceh untuk mengajarkan kepada anak-anaknya perayaan-perayaan yang dianjurkan Islam, seperti hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Hal senada disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Dumai, Riau, Roza`i Akbar. Ia menegaskan, perayaan Hari Valentine (Valentine`s Day) pada 14 Februari adalah haram bagi umat Islam.

"Hari Valentine adalah sebuah hari kasih sayang bagi warga di dunia Barat di luar agama Islam. Dilihat dari asal muasalnya, diketahui bahwa Valentine merupakan hari raya bagi kaum non-Islam di Roma, Italia. Untuk itu, Valentine haram bagi mereka yang beragama Islam," tegasnya.

Roza`i menyatakan, peringatan Hari Valentine merupakan budaya yang tidak pantas diterapkan dalam ajaran Islam karena identik dengan kebebasan kaum remaja dalam menjalin atau mengikat suatu hubungan di luar nikah.

"Apa jadinya jika Valentine membudaya di tubuh Islam. Hal ini yang menjadi pertimbangan kenapa perayaan yang dikenal dengan hari kasih sayang ini haram bagi mereka yang beragama Islam," katanya.*

sumber : hidayatullah

Bob Hanya Bisa Tersenyum di Depan Ka’bah

BOB SADINO mengaku beragama Islam sejak dilahirkan. Tapi, hingga 1982 ia sama sekali tidak mengerti agama dan tidak juga menjalankan kewajiban sebagai seorang Muslim. Selama puluhan tahun, ia tenggelam dalam urusan duniawi yang sangat melelahkan dan menguras tenaga serta pikirannya. Meski itu sangat dinikmatinya. Hingga pada suatu hari...

”Pa, aku kok tidak pernah melihat Papa shalat?” pertanyaan itu keluar dari mulut putri pertamanya, pada pertengahan 1982. Pertanyaan anaknya itu bagai petir di siang bolong. Menggelegar. Jiwa Bob langsung bergetar dan terus memikirkan isi kata-kata putrinya itu. Gelisah, resah, dan banyak lagi perasaan lain ketika itu. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena Bob memang selalu menghadapi berbagai masalah dengan senang dan enteng.

Maka sehari setelah pertanyaan anaknya, giliran Bob yang memberikan pertanyaan. Bukan kepada putrinya, melainkan kepada sang istri, ”Bu..mau berangkat ke Mekah nggak? Umroh yuk...!

Sang istri kaget bukan kepalang. Ia tidak mengira sama sekali, suami yang dikenalnya selama puluhan tahun mengajukan pertanyaan dan ajakan semacam itu. Apa jawaban sang istri?

Tentu saja jawabannya ’iya’, karena tidak lama kemudian mereka berangkat ke Mekah untuk umrah. Padahal, saat itu Bob sama sekali belum mengerti tata cara ritual Islam tersebut. Bahkan Bob mengaku tidak bisa gerakan shalat dan tidak hafal satu surat al-Qur’an, termasuk surat al-Fatihah yang harus dibaca setiap shalat. Ketika sudah berada di depan Ka’bah, Bob hanya bisa tersenyum tanpa melakukan apapun karena memang tidak bisa. Tanpa membaca surat apapun karena tidak ada yang dihafalnya.

”Saya sudah berusaha menghafal al-Fatihah, tapi sulitnya minta ampun. Tidak bisa sama sekali,” ceritanya, ”Ya sudah di depan Ka’bah saya hanya tersenyum saja.” Bob mengaku, peristiwa itu sangat luar biasa. Ia yang merasa penuh dosa dan tidak pernah melaksanakan perintah Allah, tetap mendapat panggilan Allah ke tempat suci Mekah.”Perasaan itu muncul ketika berada di depan Ka’bah, makanya saya hanya tersenyum saja,” katanya.

Aneh bin ajaib, besoknya setelah berjumpa dengan Ka’bah, Bob bisa menghafal al-Fatihah dan langsung lancar shalat. ”Luar biasa, setelah tersenyum di depan Ka’bah, semua menjadi lebih mudah.”

Setahun kemudian, Bob dan istri meneruskan ibadahnya melaksanakan ibadah haji. Meski sudah haji, sepulang dari Mekah Bob tetap saja Bob Sadino, yang selalu berpenampilan seadanya, santai dan cuek. Ke manapun pergi, ia tetap dengan pakaian ’kebesarannya’: celana jean cekak di atas atas lutut. Tentu saja auratnya jadi kelihatan. Bukankah batas aurat pria lutut ke atas? *

Bas, dinukil dari “Belajar Goblok dari Bob Sadino”/hidayatullah.com

Republik Suriname Akui Palestina

Hidayatullah.com--Republik Suriname hari Selasa (1/2) mengakui Palestina sebagai negara dengan perbatasan tahun 1967, demikian menurut keterangan dari Menteri Luar Negeri Otoritas Palestina Riad Al-Maliki sebagaimana dilansir Maan.

Presiden Suriname Desi Bouterse mengirimkan sebuah surat kepada sejawatnya, Mahmud Abbas, lewat duta besar Palestina di Brasil, kata Al-Maliki.

Dalam surat itu Bouterse menyampaikan dukungan Suriname atas hak-hak nasional rakyat Palestina dan pembentukan negara dengan batas sebagaimana ditetapkan pada tahun 1967. Surat yang sama ditembuskan kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon.

Berdasarkan batas wilayah 1967, Palestina berhak atas wilayah Tepi Barat, Jalur Gaza serta wilayah-wilayah yang dicaplok Israel sejak pecah Perang 6 Hari, dengan Yerusalem Timur seagai ibukota negaranya.*

sumber: hidayatullah

Bantulah Anak-anak Jauhi Konsumsi "Junk food"


Hidayatullah.com--Apakah anak-anak Anda lebih suka mengisi perutnya dengan mengonsumsi "junk food" seperti kentang goreng, burger, kue-kue, minuman cola bersoda dan permen coklat?

Memang, sulit bagi seorang anak menolak makanan cepat saji yang mengundang selera karena lezat, tersedia dengan mudah, dan ditempatkan di tempat-tempat menarik (catchy), sebagaimana dikutip dari Life.Com.

Baik Ayah maupun Ibu, kerapkali memanjakan buah hatinya dengan memberi junk food. Tayangan televisi menyerang anak-anak dengan iklan makanan sampah disertai dengan hadiah mainan yang menarik.

Saat ini, anak-anak mudah memilih junk food. Tapi ingat, junk food mengandung kaya lemak dan rendah nutrisi dan tidak memberikan apa pun. Mengonsumsi junk food dapat mengakibatkan obesitas.

Anak-anak yang kecanduan junk food tidak hanya beresiko kena obesitas, tetapi pada saat yang sama, kehilangan nutrisi penting yang diperlukan bagi pertumbuhan kesehatan.

Anak-anak membutuhkan asupan kalsium bagi tulang, zat besi bagi darah, protein dan vitamin bagi pertumbuhan tubuh. Untuk itu, ajarlah anak-anak Anda kebiasaan mengonsumsi makanan sehat.

Ini membantu anak-anak dalam mengembangkan sikap yang benar ketika memilih makanan sehat. Biasakan anak-anak mengonsumsi banyak buah-buahan dan sayuran segar. Ajarilah mereka pentingnya makan pagi. Isilah kotak makan siang mereka dengan pilihan makanan sehat.

Jelaskan kepada mereka bahaya tepung makanan dalam junk food. Mintalah mereka untuk mengunyah makanan mereka perlahan-lahan.

Orangtua - berhati-hatilah!
Orangtua perlu berhati-hati tentang cara menunjukkan cintanya kepada anak-anak. Seringkali orangtua silau oleh keyakinan, "Saya akan membelikan apa yang engkau minta karena kami mencintaimu".

Dan makanan yang digunakan sebagai hadiah biasanya makanan - tinggi lemak, gula dan garam, dengan sedikit kandungan gizi.

Alih-alih memberi makanan sebagai hadiah, pertimbangkanlah memberi beberapa hadiah kreatif non-pangan. Anda dapat menghabiskan waktu lebih banyak dengan anak-anak, memberi mereka hadiah berupa buku atau membawa mereka jalan-jalan, daripada membeli coklat atau membawa mereka ke restoran cepat saji.

Ketika anak-anak ingin menikmati sebuah burger - pastikan ia mengonsumsi selada dan tomat di dalamnya. Mintalah kepada mereka untuk juga minum susu, daripada minuman bersoda seperti cola. Bila memungkinkan, pilihlah roti gandum.

Kebiasaan makanan sehat dengan aktivitas fisik secara teratur adalah kunci untuk hidup sehat. Jadilah teladan bagi anak-anak Anda. Jika Anda orang yang aktif secara fisik, anak-anak anda lebih mungkin untuk menjadi aktif dan tetap aktif selama sisa hidup mereka.*

Sumber : hidayatullah

Hukum Berdo'a Berjamaah Setelah Shalat


Dzikir berjama’ah setelah shalat lima waktu, bagaimana hukum hal ini? Amalan semacam ini seringkali kita saksikan di beberapa masjid di daerah kita. Berikut keterangan bermanfaat dari Syaikhul Islam Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah.

Ibnu Taimiyah rahimahullah menerangkan,

Adapun do’a imam bersama makmum setelah shalat lima waktu secara berjama’ah dengan mengeraskan suara atau boleh jadi suaranya tidak dikeraskan, maka ini bukanlah ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diperintahkan dan bukan ajaran yang dirutinkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah sama sekali melakukan seperti itu. Sebagian ulama dari kalangan Syafi’iyah dan Hambali memang menganjurkan yang demikian, namun itu hanya di waktu shalat Shubuh dan Ashar karena setelah itu tidak ada lagi shalat.

[Al Majmu’atul ‘Aliyyah min Kutub wa Rosail wa Fatawa Syaikhil Islam Ibni Taimiyah, Dar Ibnil Jauzi, hal. 134-135]

***

Demikian keterangan singkat beliau. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

اتَّبِعُوا، وَلا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ، كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ

Ikutilah (petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen), janganlah membuat bid’ah. Karena (sunnah) itu sudah cukup bagi kalian. Semua bid’ah adalah sesat.”[1]

Imam Malik rahimahullah berkata,

إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُخْطِىءُ وَأُصِيْبُ فَانْظُرُوا فِي قَوْلِي فَكُلُّ مَا وَافَقَ الكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَخُذُوْا بِهِ وَمَا لَمْ يُوَافِقْ االكِتَابَ وَالسُّنَّةّ فَاتْرُكُوْهُ

Sesungguhnya aku hanyalah manusia yang bisa keliru dan benar. Lihatlah setiap perkataanku, jika itu mencocoki Al Qur’an dan Hadits Nabawi, maka ambillah. Sedangkan jika itu tidak mencocoki Al Qur’an dan Hadits Nabawi, maka tinggalkanlah.[2]

Wallahu waliyyut taufiq.

Riyadh-KSA, at night after ‘Isya, 9 Shafar 1432 H (13/01/2011)

(rumaysho.com)

Muhammad Abduh Tuasikal


[1] Diriwayatkan oleh Ath Thobroniy dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 8770. Al Haytsamiy mengatakan dalam Majma’ Zawa’id bahwa para perowinya adalah perawi yang dipakai dalam kitab shohih

[2] I’lamul Muwaqi’in, 1/75

source: suaramedia

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates